Kontingen
Tentara Nasional Indonesia (TNI) mencatat kemenangan gemilang dalam Lomba
Tembak Tahunan yang diselenggarakan oleh Australian Army Skill at Arms Meeting
(AASAM) tanggal 2-23 Mei 2015 di Puckapunyal, Victoria. Dalam kejuaraan tersebut,
seluruh personel yang terjun dalam kejuaraan tersebut berpotensi menerima gelar
juara umum.
Lomba
yang diikuti 17 tim dari 14 negara. Indonesia unggul di posisi pertama dengan
raihan 28 medali emas, 16 medali perak dan 10 medali perunggu.
TNI
mengalahkan tuan rumah Australia di posisi kedua dengan 4 medali emas, 7 medali
perak dan 5 medali perunggu. Tim petembak Indonesia bahkan tidak dapat disaingi
oleh Inggris yang baru meraih 3 medali emas, 5 medali perak dan 3 medali
perunggu, dan US Army yang belum meraih medali apapun. Diperkirakan perolehan
medali akan terus bertambah hingga pertandingan berakhir pada 22 dan 23 Mei
2015 mendatang.
Berikut senjata-senjata yang
dipakai TNI untuk mendominasi kejuaraan itu:
1.) SS2 V-4 Heavy Barrel
SS2,
atau kependekan dari Senapan Serbu 2 merupakan senjata api buatan anak negeri.
Senapan ini didesain dan diproduksi oleh PT Pindad di Bandung, Jawa Barat. SS 2 sendiri merupakan perbaikan dari SS 1 di bawah lisensi industri senjata asal Belgia FN FNC.
Senapan ini didesain dan diproduksi oleh PT Pindad di Bandung, Jawa Barat. SS 2 sendiri merupakan perbaikan dari SS 1 di bawah lisensi industri senjata asal Belgia FN FNC.
Secara
desain, sistem peredam SS2 ini mengikuti bentuk senapan serbu Colt M16A2 buatan
Amerika Serikat dan AK di bagian pembidiknya. Senapan ini memiliki lubang
ventilasi untuk meredakan panas, dengan begitu SS2 tetap dalam keadaan dingin
meski penggunanya menembak secara beruntun.
Hingga
kini, SS2 telah memiliki empat varian. Khusus varian keempat atau V-4 memang
khusus diperuntukkan kepada pasukan elite TNI, yakni Komando Pasukan Katak
(Kopaska).
Untuk
meningkatkan akurasi tembakan, Pindad memutuskan untuk mencopot pembidik depan
dan menambah panjang barel. Dengan berat kosong sekitar 3.4 kg, senjata ini
mampu menembakkan 700 butir peluru berkaliber 5.56 mm dalam waktu semenit.
2.) Pistol Pindad G2
Pistol
semi otomatis buatan PT Pindad ini dibuat untuk meningkatkan daya dobrak
pasukan elite TNI dalam melakukan sebuah penyerbuan individu. Ketika
ditembakkan, maka selongsong kosong segera dibuang dan digantikan dengan selongsong
baru yang masih berisi.
Secara
desain, senjata ini memiliki panjang antara 221 mm (elite) dan 200 (combat). Di
mana panhang barelnya mencapai 127 mm. Sementara, peluru yang dapat digunakan
adalah kaliber 9 mm.
Sekali isi, pistol ini mampu
memuat 15 butir peluru. Pistol ini digunakan secara umum oleh TNI.
3.) FN Minimi
Senjata
ini didesain oleh Maurice Bourlet yang merupakan perancang senjata di
perusahaan FN asal Belgia. Pembuatannya dilakukan untuk menjawab kebutuhan akan
senjata mesin ringan yang mandiri, dan dapat dibawa oleh 2 orang.
Dengan
mengambil desain dari senapan mesin ringan buatan Rusia, senapan ini dibuat
dengan bolt terbuka dan sistem operasi gas. Sementara untuk recoil, dibentuk
sedemikian rupa agar pas untuk senapan serbu dan senapan mesin. Sementara untuk
sistem blowback recoil, desainnya selaras dengan tabung gas.
Untuk
sistem pembidik, FN menggunakan pembidik seperti FN MAG dan FN FAL. Senapan ini
mampu memuat peluru berkaliber 5.56 sesuai standar NATO, dan mampu menembak
7001.150 butir peluru dalam satu menit. Serta dapat diisi hingga 200 butir
peluru jenis M27 tanpa tali, atau 30 butir peluru magasin STANAG.
Senapan
mesin ringan FN Minimi ini menjadi andalan pasukan khusus maupun pasukan
reguler berbagai negara di dunia.
4.) SPR Arctic Warfare
Penggunaan
nama Arctic Warfare dilakukan agar senapan ini bisa beroperasi sempurna meski
berada di iklim sangat dingin, yakni minus 40 derajat celcius. Tak heran jika
perusahaan pembuatnya Accuracy International membuat fitur anti pembekuan, hal ini
membuatnya cocok untuk dipakai di Skadinavia.
Tak
hanya itu, perusahaan senjata asal Inggris tersebut juga memperbesar ukuran
popor, bolt dan magasin. Bagian chasis menggunakan bahan dari aluminium,
kondisi ini membuat senapan tersebut nampak kaku, kuat namun ringan.
Sistem
yang bernama Accuracy International Chassis System (AICS) ini dapat
diaplikasikan ke semua senapan buatan Accuracy International. Tak hanya itu,
senapan ini dapat digunakan di siang maupun malam hari.
Senjata
ini menggunakan peluru berkaliber 7.62 mm jenis .308 Winchester, .300
Winchester Magnum atau .338 Lapua Magnum. Fungsinya sebagai penembak runduk
membuat senapan ini mampu melesatkan peluru dengan kecepatan 850 meter per
detik dengan jarak efektif sejauh 800 m.
Kita berharap, semoga
Indonesia bisa lebih baik lagi, tidak hanya dari TNI, namun dari segala bidang
dapat berbenah. Agar kesejahteraan masyarakat merata.
Semoga bermanfaat. J
0 comments:
Post a Comment