Sumber |
"Basuh dengan sabun, sabun biasa aja, sabun badan nggak apa-apa. nggak harus sabun khusus kemaluan. Lalu pastikan area kemaluan nggak lembab, sebelum pakai celana dalam pastikan area tersebut sudah kering," kata dr Sari, ditemui di Hotel Dharmawangsa, Jl Brawijaya, Jakarta Selatan, dan ditulis pada Senin (6/7/2015).
"Takutnya kalau buru-buru, area kemaluannya masih basah terus sudah pakai celana, akibatnya malah jadi lembab dan bisa menjadi sarang infeksi penyakit yang lain," imbuh dr Sari. Nah, untuk menjaga agar area vital tidak lembab, berapa kali frekuensi ganti celana dalam yang dianjurkan?
dr Sari menuturkan sebenarnya dua kali sehari mengganti celana dalam dirasa cukup. Namun, kembali lagi pada aktivitas yang dilakukan individu. Misalnya saja seorang atlet, usai berlatih dan tubuhnya penuh keringat maka sudah pasti ia harus mengganti pakaian dalamnya. Bahkan, jika bisa mandi terlebih dahulu akan lebih baik.
Jika higienitas area kemaluan tak dijaga padahal yang bersangkutan memelihara rambut kemaluan, memang akibat fatalnya menurut dr Sari tidak ada. Tetapi, jika kebersihan area vital tidak dijaga, otomatis area tersebut lembab, dan bisa menjadi tempat tumbuhnya jamur.
"Lalu, misal seprainya nggak bersih bisa saja muncul kutu kemaluan. Kutu kemaluan sama dengan kutu rambut, satu genus beda spesies. Kalau di rambut itu pediculus capitis kalau yang di kemaluan pediculus pubis. Sama-sama bisa menimbulkan gatal dan pengobatannya sama dengan kutu rambut," jelas dokter berkerudung ini.
dr Sari menekankan, pada dasarnya, rambut kemaluan sama dengan rambut tubuh yang lain misalkan bulu hidung atau rambut, di mana tujuan keberadaan rambut tersebut yakni menangkal supaya tidak ada kotoran yang masuk. "Tapi memang kalau pada rambut kemaluan yang terlalu panjangd dan orangnya nggak bisa menjaga kebersihan daerah itu dengan baik, khawatirnya malah jadi kotor dan bisa jadi sarang tumbuhnya kuman," ucap dr Sari.
Sumber
0 comments:
Post a Comment