Resiko Parasetamol yang Bisa Berbahaya

Siapa yang tahu Parasetamol? Kita semua pasti sudah tahu, Kita sering memakainya ketika kita demam.

Sumber

Parasetamol adalah salah satu obat penghilang rasa sakit yang paling banyak digunakan di dunia. Sebagai obat yang populer, parasetamol banyak digunakan untuk keluhan-keluhan umum seperti sakit kepala, sakit gigi dan selesma. Total konsumsi parasetamol di seluruh dunia mencapai lebih dari 110.000 ton per tahun. Indonesia bersama-sama dengan China, India, Bangladesh, Pakistan dan Jepang adalah konsumen parasetamol terbesar di Asia.

Meskipun banyak digunakan, perlu diketahui bahwa parasetamol bukanlah obat yang bebas dari efek samping, sebagaimana ditemukan oleh Dr. Emmert Roberts dari Rumah Sakit Maudsley di London dan timnya pelitinya. Ada risiko kerusakan organ-organ internal oleh pemakaian parasetamol.

 

Efek Samping yang Fatal

Tim peneliti menganalisis delapan studi yang telah mengkaji risiko parasetamol. Secara khusus, para peneliti berfokus pada risiko serangan jantung, stroke, tekanan darah tinggi, pendarahan di saluran pencernaan dan gangguan ginjal serta dampaknya terhadap harapan hidup. Dalam semua studi, subyek penelitian harus mengkonsumsi satu parasetamol 0,5-1 gram setiap 4-6 jam sampai maksimum 4g per hari. Kelompok-kelompok pembanding tidak mengkonsumsi parasetamol sama sekali.

Hasilnya menunjukkan bahwa pada pasien yang menggunakan parasetamol lebih dari satu tahun, risiko mengembangkan gangguan kardiovaskular seperti stroke atau serangan jantung meningkat sekitar 20 sampai 70 persen. Risiko masalah di saluran pencernaan, khususnya perdarahan internal, juga naik 10 sampai 50 persen. Selain itu, juga terjadi peningkatan risiko kerusakan ginjal sampai dua kali lipat.

 

Resiko meningkat dengan dosis

Semakin banyak parasetamol diambil pasien, semakin besar kemungkinannya menimbulkan komplikasi. Selain itu, efeknya tergantung lama pemakaian. Satu studi bahkan sampai pada kesimpulan bahwa pemakaian dosis kecil parasetamol dalam waktu lama meningkatkan risiko kematian lebih tinggi dibandingkan dosis yang lebih besar tetapi dalam periode waktu yang lebih pendek.

 

Mengambil Jika Diperlukan Saja

Meskipun para peneliti mengakui kelemahan analisis mereka karena peserta studi yang kecil, mereka percaya bahwa risiko efek samping parasetamol lebih tinggi daripada yang kini diyakini oleh umum. “Parasetamol memang masih lebih aman daripada NSAID (non-steroidal anti-inflammatory drug), tetapi potensi efek sampingnya cukup mengganggu,” kata Profesor Philip Conaghan dari Leeds University. Dokter harus selalu mempertimbangkan apakah parasetamol benar-benar dibutuhkan oleh pasien.

Dosis harian maksimum parasetamol 4000 mg biasanya hanya digunakan untuk beberapa hari, misalnya untuk pasien sakit gigi persisten. Bila pasien membutuhkan dosis yang lebih tinggi lagi, dokter harus mempertimbangkan alternatif apa yang lebih efektif untuk mengatasinya. Obat penghilang rasa sakit lain mungkin diberikan.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) parasetamol adalah obat tingkat 1 dalam kerangka tiga-tahap untuk manajemen nyeri. Parasetamol menjadi pilihan pertama dalam pengobatan berbagai nyeri akut dan kronis atau demam. Obat ini bekerja pada sistem saraf pusat dengan menghambat enzim COX-3, yang pada gilirannya mengatur respon inflamasi. Selain itu, parasetamol juga memiliki efek analgesik dan menenangkan.

 

Sumber:
  • Robert E. et al . “Paracetamol: not as safe as we thought? A systematic literature review of observational studies.” Annals of the Rheumatic Diseases (2015), doi: 10.1136 / annrheumdis-2014-206914.
  • Majalahkesehatan.com

0 comments:

Post a Comment